Beranda | Artikel
Riya Yang Samar
Rabu, 13 Juli 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Riya’ Yang Samar ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 11 Dzulhijjah 1443 H / 11 Juli 2022 M.

Kajian Islam Tentang Riya’ Yang Samar

Di antara talbis iblis terhadap ahli ibadah yang zuhud adalah riya’ yang samar. Riya’ ada yang nyata (terang-terangan), mudah untuk diketahui dan disadari oleh orang yang paham agama. Contohnya adalah memperlihatkan badan yang kurus, muka yang pucat, rambut acak-acakan. Sehingga dia ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa dia adalah orang yang zuhud. Begitu pula dengan melirihkan suara untuk menampakan kekhusukan hati, mengerjakan shalat karena ingin dilihat orang lain, memberikan sedekah dengan motif memperoleh sanjungan seseorang. Ini semua termasuk riya’ yang nyata.

Ada pula riya’ yang samar. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang pentingnya niat:

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niat dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan kadar niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihat: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat

Tugas kita pertama adalah mengikhlaskan niat dan kadar kedua adalah terus meningkatkan kadar keikhlasan kita.

Kita tahu bahwa saya salah satu di antara syarat diterimanya sebuah amal adalah keikhlasan, lawannya adalah riya’. Nabi pernah mengingatkan kepada kita bahwa: “Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang aku lebih khawatirkan menimpa kalian melebihi Al-Masih Ad-Dajjal?”

Abu Sa’id berkata, “Kami berkata, ‘Iya, tentu kami mau.`” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي، فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ، لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Yaitu syirik yang tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri untuk shalat, dia memperindah shalatnya dengan harapan agar ada seseorang yang memperhatikannya.” (HR. Ibnu Majah)

Misalnya seseorang memperlama shalatnya, dia tunjukkan seolah khusyuk karena tahu sedang dilihat. Sementara kalau tidak dilihat orang tidak sepanjang itu, tidak selama itu, dan tidak sekhusyuk itu. Maka ini adalah syirik yang tersembunyi.

Maka niat merupakan salah satu perkara yang harus kita pastikan sebelum beramal. Jangan kita berikan tempat bagi selain Allah di dalam ibadah-ibadah yang kita kerjakan. Nabi mengingatkan kepada kita:

مَن عَمِلَ عَمَلًا أشْرَكَ فيه مَعِي غيرِي، تَرَكْتُهُ وشِرْكَهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan sebuah amalan, dia sekutukan Aku dengan yang lain di dalam amalan itu, maka Aku tinggalkan dia dan amalan syiriknya.” (HR. Muslim)

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan memberi balasan atas amal riya’nya itu. Maka salah satu tipu daya iblis terhadap orang-orang yang zuhud ini adalah niat di dalam ibadah. Iblis menyeret mereka kepada bentuk-bentuk riya’ yang samar.

Saat seseorang mengerjakan suatu amalan yang bukan karena Allah, maka Allah perintahkan dia untuk mencari dan meminta balasan kepada orang yang karenanya dia beramal. Malik bin Dinar berkata: “Katakanlah kepada orang yang belum jujur terhadap niatnya: ‘Jangan pernah patah semangat untuk memperbaiki niat.`”

Inilah yang paling susah untuk diperbaiki. Sebagaimana Sufyan berkata:

ما عالجت شيئاً أشد عليَّ من نيّتي

“Tidak ada perkara yang lebih sulit aku sembuhkan selain daripada niat.”

Riya’ termasuk salah satu penyakit hati yang sulit untuk disembuhkan. Apalagi jika sudah menjadi kebiasaan. Ada sebagian orang kebiasaannya riya’, sehingga dia tidak beramal kecuali riya’. Mulai dari riya’ yang kecil sampai riya’ dengan kadar yang besar. Dimana dia beramal itu semata-mata untuk dunia, untuk manusia, bukan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka mukmin yang sejati tidak meniatkan amalannya kecuali untuk Allah semata. Dia lakukan itu lillah. Dan dia berusaha untuk terus meningkatkan kadar keikhlasannya. Dari satu amal kemudian kepada amal berikutnya. Shalatnya, puasa, dzikir dan semua ibadah-ibadah yang dia kerjakan, dia berusaha untuk terus meningkatkan kadar keikhlasan didalamnya.

Hanya saja tatkala amalannya tersusupi riya’ yang samar, maka disinilah hati itu akan memudar cahayanya, akan menjadi buram. Dan apabila itu menjadi suatu kebiasaan, maka orang itu akan sulit lepas dari penyakit riya’ ini.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51905-riya-yang-samar/